Moscow Adalah Kota Besar Islam Masa Depan
Bagi kalangan imigran negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, Moscow menawarkan harapan kehidupan yang lebih baik.
Untuk Moscow, kedatangan mereka yang sebagian besar merupakan Muslim, menjadikan ibukota negeri Beruang Merah ini sebagai salah satu kota besar Muslim di masa depan. Saat ini, lebih dari dua juta umat Islam menetap di kota terbesar di Rusia ini. Mereka tinggal dan bekerja di Moscow.
Pada saat shalat Jumat tiba, praktis jalan-jalan utama di pusat kota mendadak macet. Puluhan ribu Muslim tumpah ruah di jalan-jalan tersebut. Bagi warga Moscow yang sudah terbiasa tentu maklum meski tak sedikit yang mengumpat.
"Jumlah kami terlalu besar. Beruntung ada masjid di kota ini. Meski sebenarnya masjid yang ada tidaklah siap menampung jutaan Muslim secara tiba-tiba," ungkap Ulugbek, seorang warga Moscow
Anggota kelompok nasionalis Russovet, Yuri Gorsky, menilai kedatangan para imigran yang kebetulan Muslim merupakan dampak dari kemajuan yang dialami Moscow. "Rusia mungkin sedang membangun kembali gereja tapi Muslim juga tak berhenti membangun masjid," kata dia.
Gorsky mengaku tak keberatan Moscow dipenuhi orang-orang yang tidak berasal dari etnis Slavia. Namun, ia keberatan kalau Moscow di penuhi muslim. "Kami harus hentikan mereka," ketusnya.
Harus diakui tidak semua masyarakat Rusia menerima Muslim. Tak heran, serangan kekerasan bernada rasis marak terjadi. Kelompok hak asasi Rusia, Sova centren, mencatat pada tahun 2011 silam terjadi serangan rasis yang memakan korban tewas tujuh orang dan 28 luka-luka. Angka itu memang menurun ketimbang tahun 2008 di mana korban tewas mencapai 57 jiwa dan 196 luka-luka.
Meningkatnya populasi Muslim di Moscow juga diimbangi dengan kenaikan toko dan kafe halal di seluruh kota. Mulai dari restoran mahal hingga termurah. Dampak dari kenaikan jumlah kafe dan toko halal, makanan khas tradisional Asia Tengah laris manis. Sebut saja roti Samsa. Samsa pun mendadak jadi makanan populer di Moscow.
Sumber
Untuk Moscow, kedatangan mereka yang sebagian besar merupakan Muslim, menjadikan ibukota negeri Beruang Merah ini sebagai salah satu kota besar Muslim di masa depan. Saat ini, lebih dari dua juta umat Islam menetap di kota terbesar di Rusia ini. Mereka tinggal dan bekerja di Moscow.
Pada saat shalat Jumat tiba, praktis jalan-jalan utama di pusat kota mendadak macet. Puluhan ribu Muslim tumpah ruah di jalan-jalan tersebut. Bagi warga Moscow yang sudah terbiasa tentu maklum meski tak sedikit yang mengumpat.
"Jumlah kami terlalu besar. Beruntung ada masjid di kota ini. Meski sebenarnya masjid yang ada tidaklah siap menampung jutaan Muslim secara tiba-tiba," ungkap Ulugbek, seorang warga Moscow
Anggota kelompok nasionalis Russovet, Yuri Gorsky, menilai kedatangan para imigran yang kebetulan Muslim merupakan dampak dari kemajuan yang dialami Moscow. "Rusia mungkin sedang membangun kembali gereja tapi Muslim juga tak berhenti membangun masjid," kata dia.
Gorsky mengaku tak keberatan Moscow dipenuhi orang-orang yang tidak berasal dari etnis Slavia. Namun, ia keberatan kalau Moscow di penuhi muslim. "Kami harus hentikan mereka," ketusnya.
Harus diakui tidak semua masyarakat Rusia menerima Muslim. Tak heran, serangan kekerasan bernada rasis marak terjadi. Kelompok hak asasi Rusia, Sova centren, mencatat pada tahun 2011 silam terjadi serangan rasis yang memakan korban tewas tujuh orang dan 28 luka-luka. Angka itu memang menurun ketimbang tahun 2008 di mana korban tewas mencapai 57 jiwa dan 196 luka-luka.
Meningkatnya populasi Muslim di Moscow juga diimbangi dengan kenaikan toko dan kafe halal di seluruh kota. Mulai dari restoran mahal hingga termurah. Dampak dari kenaikan jumlah kafe dan toko halal, makanan khas tradisional Asia Tengah laris manis. Sebut saja roti Samsa. Samsa pun mendadak jadi makanan populer di Moscow.
Sumber
0 comments: